BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Pada kehidupan, kita selalu berhubungan dengan alam dan manusia
pada umumnya. Dalam hal berhubungan dengan alam kita seharusnya mengenal
apa-apa yang ada di alam semesta ini sebagai ciptaan Allah SWT, dengan begitu kita
dapat meningkatkan rasa keimanan dan ketaqwaan kita kepada sang pencipta.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, banyak
sekali para ilmuan yang menemukan teori-teori yang berhubungan dengan sains
yaitu seputar dunia hewan dan dunia tumbuhan. Ketika kita bicara masalah hewan,
banyak sekali yang perlu kita dalami, seperti bagaimana hewan itu bisa hidup,
bagaimana cara kita berinteraksi dengan dunia mereka. Oleh karena itu, kita selalu
diharapkan mempelajari hal-hal seputar dunia hewan dari hal yang terkebil,
seperti sel hewan, jaringan hewan, organ hewan, sistem orgam dan tingkatan yang
lebih kompleks.
Dalam makalah ini, kita akan membahas mengenai jaringan pada hewan.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulisan makalah ini
memiliki beberapa rumusan masalah, di antaranya:
1.
Bagaimana
jaringan epitel pada hewan?
2.
Bagaimana
jaringan ikat pada hewan?
3.
Bagaimana
jaringan otot pada hewan?
4.
Bagaimana
jaringan saraf pada hewan?
5.
Bagaimana
jaringan embrional pada hewan?
6.
Bagaimana
jaringan lemak pada hewan?
C.
Tujuan penulisan makalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulisan makalah ini
memiliki beberapa tujuan, di antaranya:
1.
Untuk
mengetahui jaringan epitel pada hewan.
2.
Untuk
mengetahui jaringan ikat pada hewan.
3.
Untuk
mengetahui jaringan otot pada hewan
4.
Untuk
mengetahui jaringan saraf pada hewan
5.
Untuk
mengetahui jaringan embrional pada hewan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jaringan epitel (epitelium ) pada hewan
Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi bagian luar tubuh
dan berbagai organ dalam tubuh. Epitel yang melapisi permukaan dalam suatu
saluran disebut endotelium. Jaringan epitel terdiri atas sel-sel yang tersusun
rapat, tanpa ruang antar sel. Semua sel-sel epitel melekat pada membran basal
yang bersifat nonseluler.[1]
Jaringan epitelium terdiri atas sel-sel yang tersusun dalam
lembaran-lembaran. Beberapa jaringan epitelium melapisi permukaan organ tubuh
bagian dalam dan dibentuk untuk melaksanakan fungsi absorbsi dan proteksi.
Beberapa jaringan epitelium berfungsi sebagai kelenjar. Organ yang berperan
dalam pengambilan dan penyerapan zat kimia akan mempunyai permukaan epitelium
yang luas, misalnya paru-paru, usus halus, dan ginjal.[2]
Pada dasarnya, jaringan epitelium mempunyai beberapa fungsi
berikut:[3]
1.
Pelindung
atau proteksi jaringan yang berada di sebelah dalamnya, misalnya jaringan
epitelium kulit dan selaput rongga mulut.
2.
Sebagai
kelenjar, yaitu jaringan yang menghasilkan sekret. Ada dua macam kelenjar yaitu
kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin.
3.
Penerima
rangsang (reseptor) disebut epitelium sensori atau neuroepitelium. Epitelium
sensori kebanyakan berada di sekitar alat indra.
4.
Pintu
gerbang lalu lintas zat, berfungsi melakukan penyerapan zat ke dalam tubuh dan
untuk mengeluarkan zat dari dalam tubuh, misalnya:
a.
pada
alveolus paru-paru, untuk keluar masuknya O2 dan CO2
b.
pada
jonjot usus, untuk penyerapan zat makanan, dan
c.
pada
nefron, untuk lewatnya urine.
Berdasarkan bentuknya, jaringan epitel dibedakan menjadi empat
macam, yaitu sebagai berikut:[4]
1.
Epitel
pipih
2.
Epitel
kubus
3.
Epitel
silindris
4.
Epitel
trasisional
Berdasarkan jumlah lapisan sel, jaringan epitel dibedakan menjadi
dua macam, yaitu sebagai berikut: [5]
1.
Epitelium
simpleks
Epitelium
simpleks hanya terdiri atas satu lapis sel saja. Epitelium simpleks dibedakan
menjadi lima macam, yaitu epitelium pipih selapis, epitelium kubus selapis,
epitelium silindris selapis, epitelium silindris selapis bersilia, dan
epitelium silindris berlapis semu.
2.
Epitelium
kompleks
Epitelium
kompleks tersusun oleh beberapa lapisan sel. Lapisan sel terbawah yang selalu
membelah diri untuk mengganti sel-sel permukaan yang rusak disebut lapisan
germinativa.
Berbagai
macam jaringan epitel dapat dilihat dalam tabel berikut:[6]
Bentuk sel
|
Lapisan sel
|
Lokasi
|
Fungsi utama
|
gambar
|
pipih
|
selapis
|
Permukaan kulit, pembuluh darah, kapsula browman (ginjal), laisan
dalam alveolus, peritoneum, dan pembuluh limfe.
|
Proteksi, transpor aktiif secara pinositesis, fasilitas
pergerakan di dalam rongga tubuh, dan sekresi
|
|
Berlapis banyak
|
Epidermis kulit, kelenjar keringat, folikel ovarium, kandung
kemih, ginjal, dan saluran kelenjar ludah
|
Sekresi dan proteksi
|
||
kubus
|
Sederhana (selapis)
|
Kelenjar koloid, permukaan ovarium, dan epidermis kulit
|
Absorbsi dan sekresi
|
|
Berlapis banyak
|
Saluran kelenjar minyak, saluran kelenjar keringat pada kulit,
kelenjar mamae, dan permukaan folikel ovarium
|
Menghasilkan getah yang dialirkan melalui saluran
|
||
silindris
|
Sederhana (selapis)
|
Lambung, jonjot usus, kantung empedu, dan saluran pernapasan
bagian atas
|
Proteksi, absorbsi, dan sekresi
|
|
Berlapis banyak
|
Uretra, faring, dan epiglotis
|
Sekresi dan pergerakan
|
||
Bersilia
|
Trakea dan rongga hidung
|
Proteksi, sekresi, dan gerakan zat melalui permukaan
|
||
Epitel berlapis banyak semu
|
Trakea, brobkus, dan rongga hidung
|
Proteksi dan sekresi
|
||
transisional
|
Pelvis ginjal, ureter, dan uretra
|
Berdasarkan struktur dan fungsinya jaringan epitel dibedakan
menjadi dua, yaitu jaringan epitelium kelenjar dan jaringan epitelium penutup.[7]
1.
Epitelium
kelenjar
Di
dalam jaringan epitelium kelenjar terdapat sel- sel khusus yang mampu
menghasilkan getah cair atau sekret. Pada umumnya, epitelium kelenjar dikhususkan
untuk pembuatan, penyimpanan, dan sekresi zat-zat kimia. Semua kelenjar secara
embriologis berasal dari jaringan epitelium. Dua macam kelenjar utama adalah
kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin.
a.
Kelenjar eksokrin, merupakan kelenjar yang mempunyai saluran
pengeluaran untuk menyalurkan hasil sekresinya yang dapat berupa enzim,
keringat, dan air ludah. Kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi dua
berdasarkan banyaknya sel penyusunnya, yaitu uniselular dan multiselular.
Kelenjar eksokrin uniselular contohnya sel goblet yang merupakan sel epitelium
penghasil mucus. Sel goblet terdapat pada lapisan usus halus dan saluran
pernapasan. Kelenjar eksokrin uniselular tersusun atas satu sel, sedangkan
kelenjar eksokrin multiselular tersusun atas banyak sel, misalnya kelenjar
keringat, kelenjar susu, dan lain-lain.
b.
Kelenjar
endokrin, merupakan kelenjar yang mempunyai sel-sel sekresi yang khas dan tidak
mempunyai saluran. Sekret yang dihasilkan langsung masuk ke cairan jaringan dan
ke pembuluh darah sehingga kelenjar endokrin disebut juga kelenjar buntu.
Sekret yang dihasilkan disebut hormon. Contoh kelenjar endokrin adalah kelenjar
tiroid, kelenjar paratiroid, dan adrenal.
c.
Dalam buku lain, ada
yang menambahkan satu lagi yaitu Kelenjar campuran, yaitu kelenjar yang
terbentuk dari kelenjar eksokrim dan kelenjar endokrim, contohnya kelenjar
pankreas. Kelenjar pankreas dapat berfungsi sebagai kelenjar eksokrim yang
menghasilkan enzim, juga sebagai kelenjar endokrim yang menghasilkan hormon.
2.
Jaringan
epitelium tertutup
Jaringan ini disebut jaringan epitelium penutup karena berfungsi
melapisi permukaan tubuh dan jaringan lainnya. Jaringan ini terdapat di
permukaan tubuh, permukaan organ, melapisi rongga, atau merupakan lapisan di
sebelah dalam saluran yang ada pada tubuh (misalnya saluran pencernaan dan
pembuluh darah). [8]
B.
Jaringan ikat pada hewan
Jaringan pengikat berkembang dari mesenkim, yang berasal dari
mesoderm (lapisan tengah embrio). Selain menjadi jaringan pengikat (darah,
tulang rawan, tulang, dan lemak), mesenkim juga menjadi jaringan lain berupa
otot, pembuluh darah, beberapa kelenjar, dan epitelium. Letak sel-sel jaringan
pengikat tidak berhimpitan rapat (berpencar-pencar), jika berhubungan hanya
pada ujung-ujung protoplasmanya. Jaringan pengikat mempunyai beberapa fungsi,
yaitu untuk melekatkan suatu jaringan dengan jaringan lain, membungkus
organ-organ, mengisi rongga di antara organ-organ, dan menghasilkan imunitas.
1. Komponen Jaringan Pengikat, di antaranya:
Jaringan pengikat tersusun dari berbagai macam komponen yaitu
matriks dan sel-sel jaringan pengikat. Bentuk sel-sel yang terdapat dalam
jaringan pengikat tidak teratur, sitoplasma bergranula, dan intinya
menggembung.
a.
Matriks
Matriks
tersusun oleh serabut-serabut dan bahan dasar.
1)
Serabut
Berdasarkan
bentuk dan reaksi kimianya, Serabut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu serabut
kolagen, serabut elastin, dan serabut retikular.
a)
Serabut
Kolagen. Serabut kolagen mempunyai daya elastisitas rendah, daya regang sangat
tinggi, berwarna putih, dan bentuknya berupa berkas-berkas beragam. Serabut
kolagen terdapat pada tendon (penghubung otot dengan tulang) dan jaringan pengikat
longgar.
b)
Serabut
Elastin. Serabut elastin mempunyai elastisitas tinggi, berwarna kuning, lebih
tipis dari serabut kolagen, dan bentuknya seperti bangunan bercabang-cabang dan
tebal. Serabut elastin tersusun oleh protein dan mukopolisakarida. Serabut
elastin antara lain terdapat pada pembuluh darah dan ligamen. Elastisitas
serabut elastin akan semakin menurun dengan semakin bertambahnya usia
seseorang.
c)
Serabut
Retikular. Serabut retikular mempunyai daya elastisitas rendah. Hampir sama
dengan serabut kolagen, tetapi ukurannya lebih kecil. Serabut ini berperan
menghubungkan antara jaringan pengikat dengan jaringan lainnya.
2)
Bahan
Dasar
Bahan dasar
penyusun matriks berupa bahan homogen setengah cair yang terdiri dari
mukopolisakarida sulfat dan asam hialuronat. Matriks bersifat lentur jika asam
hialuronatnya tinggi dan akan bersifat kaku jika mukopolisakaridanya tinggi.
Bahan dasar yang terdapat dalam sendi bersifat kental, sedangkan yang terdapat
dalam tulang punggung bersifat padat.
b.
Sel-Sel
Jaringan Pengikat
Di dalam matriks tertanam berbagai sel-sel penyusun jaringan.
Beberapa jenis sel yang tertanam dalam matriks sebagai berikut:
1)
Fibroblast.
Fibroblast berfungsi mensintesis dan mensekresikan protein pada serabut.
2)
Makrofag.
Makrofag bentuknya berubah-ubah (tidak teratur) dan khusus terdapat di dekat
pembuluh darah, berfungsi dalam pinositosis dan fagositosis. Makrofag dapat
digerakkan atau didistribusikan ke jaringan lain yang mengalami peradangan.
3)
Sel
Tiang (Sel Mast). Sel tiang berfungsi menghasilkan substansi heparin dan
histamin. Substansi heparin adalah suatu anti koagulan yang dapat menghalangi
pengubahan protrombin menjadi trombin yang berfungsi mencegah pembekuan darah.
Substansi histamin adalah suatu zat yang dihasilkan mastosit sebagai reaksi
terhadap antigen yang sesuai dan berfungsi meningkatkan permeabilitas kapiler
darah.
4)
Sel
Lemak. Sel lemak berfungsi menyimpan lemak. Jaringan pengikat yang memiliki sel
lemak dalam jumlah banyak disebut Jaringan adiposa.
5)
Berbagai
Jenis Sel Darah Putih. Sel darah putih berfungsi melawan patogen (berupa
bakteri, virus, atau Protozoa) yang menimbulkan penyakit. Sel-sel darah putih
bergerak bebas secara diapedesis di antara darah, limfa, atau jaringan pengikat
untuk membersihkan patogen. Sel darah putih ada 2 macam, yaitu sel darah
putihgranulosit dan agranulosit. Sel darah putih granulosit (yang bergranula),
misalnya eosinofil, basofil, dan neutrofil, sedangkan yang agranulosit (tidak
bergranula), yaitu limfosit dan monosit.
2.
Macam
Jaringan Pengikat
Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan pengikat dikelompokkan
menjadi dua yaitu jaringan pengikat biasa dan jaringan pengikat dengan sifat khusus.
a.
Jaringan
Pengikat Biasa
Jaringan pengikat biasa dibedakan menjadi jaringan pengikat longgar
dan jaringan pengikat padat.
1)
Jaringan
Pengikat Longgar.
Jaringan ini mempunyai ciriciri utama yaitu susunan serat-seratnya
yang longgar. Matriksnya berupa cairan lendir (mucus). Pada matriks terdapat
berkas serabut kolagen yang fleksibel, tetapi tidak elastis. Adanya serabut
kolagen memungkinkan terjadinya gerakan dari bagian-bagian yang saling
dihubungkan. Pada matriks juga terdapat fibroblast, selmast, dan plasma sel.
Jaringan pengikat longgar mempunyai beberapa fungsi berikut:
a)
Membentuk
membran yang membatasi jantung dan rongga perut.
b)
Mengikatkan
kulit pada jaringan di bawahnya.
c)
Mengelilingi
pembuluh darah dan saraf yang menyusup ke organ.
d)
Pengikat
lapisan epitelium pipih membentuk lembar mesenterium.
e)
Membantu
melekatkan organ pada otot dinding tubuh.
f)
Memberi
bentuk organ dalam seperti kelenjar limfa, sumsum tulang, dan hati.
2)
Jaringan
Pengikat Padat
Jaringan ini mempunyai struktur serat-serat terutama kolagen yang
padat. Jaringan pengikat padat dibedakan menjadi jaringan-jaringan pengikat
padat teratur dan tidak teratur. Jaringan pengikat padat teratur mempunyai
berkas kolagen yang tersusun teratur ke satu arah, misalnya pada tendon.
Sementara itu, jaringan pengikat padat tidak teratur mempunyai berkas kolagen
yang menyebar membentuk anyaman kasa yang kuat, misalnya di lapisan bawah
kulit.
b.
Jaringan
Pengikat dengan Sifat Khusus
Jaringan pengikat dengan sifat khusus terdiri atas jaringan tulang
rawan (kartilago), jaringan tulang keras, serta darah dan limfa.[9]
Berdasarkan
matriks penyusunnya, jaringan tulang dapat dibedakan menjadi tulang rawan dan
tulang keras.
1) Jaringan
tulang rawan.
Jaringan tulang rawan. atau
kartilago terdiri atas sel-sel tulang rawan dan matriks ekstraseluler yang
lentur. Sel tulang rawan disebut kondrosit. Sel tersebut berperan untuk
membentuk dan mensekresikan matriks ekstraseluler. Kondrosit terletak di dalam
rongga matriks yang disebut lakuna. Kondrosit dibentuk dari sel pembentuk
tulang rawan yang disebut kondroblas. Untuk fungsi regenerasi, kondrosit
dirombak oleh kondroklas.di dalam matriks tulang rawan biasanya terdapat serabut-serabut
kolagen, yang menyebabkan tulang rawan bersifat kuat dan lentur.
Pada vertebrata, tulang
rawan berperan sebagai rangka sementara pada fase embrionik untuk selanjutnya
digantikan oleh tulang keras. Tetapi pada beberapa jenis hewan seperti ikan hiu
dan ikan pari, kerangka tubuhnya tetap berupa tulang rawan.
Berdasarkan matriks
penyusunnya, tulang rawan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu kartilago hialin,
kartilago elastis, dan kartilago fibrosa.
a) Tulang
rawan hialin merupakan kartilago yang memiliki matriks transparan. Matriks
tersebut mengandung serabut-serabut halus kolagen. Pada masa embrio, kartilago
hialin berperan sebagai rangka sementara hingga digantikan oleh tulang. Pada
mamalia dewasa, kartilago hialin terdapat pada permukaan luar sendi, dinding
saluran pernapasan (hidung, laring, trakea, bronkus), dan pertemuan antara
tulang-tulang rusuk dan dada. Perikondrium membungkus kartilago hialin kecuali
pada persendian.
b) Kartilago
elastis pada dasarnya sama dengan kartilago hialin, tetapi jenis kartilago ini
lebih banyak mengandung serabut elastis. Matriks pada kartilago elastis
berwarna keruh kekuning-kuningan. Jaringan ini bersifat lebih elastis dan
fleksibel dibandingfkan dengan kartilago hialin. Kartilago elastis dapat
ditemukan pada daun telinga, dinding luar saluran pernapasan, pembuluh
eustasius, laring, dan epiglotis.
c) Kartilago
fibrosa terdiri atas serabut kolagen yang strukturnya sejajar. Hal itu
menyebabkan jaringan ini bersifat kurang fleksibel sehingga sering dianggap
sebagai jaringan yang keras atau liat. Kartilago fibrosa banyak ditemukan di
antara tulang-tulang vertebrata sehingga memberi bentuk seperti bantalan.
Jaringan ini juga terdapat pada persendian tulang pinggang serta pada pertautan
antara tulang kemaluan kiri dan kanan.
2) Jaringan
tulang keras.
Jaringan tulang keras
atau osteon merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri atas matriks
tulang-tulang sel. Matriksnya mengandung serabut kolagen dan zat kapur sehingga
menyebabkan tulang menjadi keras.Tipe-tipe sel yang menyusun jaringan tulang
adalah osteosit, osteoblas, dan osteoklas. Osteosit adalah sel tulang yang
terletak dalam lakuna pada matriks tulang. Osteoblas merupakan sel tulang muda
pembentuk osteosit dan materi organik matriks. Osteoklas adalah sel-sel
berukuran besar dan berinti banyak yang berperan dalam penyerapan dan
perombakan jaringan tulang.
Berdasarkan susunan
matriksnya, jaringan tulang di bedakan menjadi 2, yaitu tulang kompak dan
tulang spons.
a) Tulang
kompak merupakan jenis tulang yang memiliki matriks tersusun rapat dan padat.
Berdasarkan pengamatan melintang, tulang kompak terdiri atas sejumlah
lingkaran-lingkaran konsentris tipis yang disebut lamela. Masing-masing lamela
mengelilingi suatu saluran utama yang berada di tengah dan disebut saluran
havers. Saluran havers mengandung pembuluh darah, pembuluh saraf, dan jaringan
ikat longgar. Satu saluran havers dengan lamela konsentris disebut sistem
havers atau nosteon. Sel-sel tulang yang berdekatan dapat berhungan satu sama
lain melalui saluran kecil yang disebut kanalikuli. Kanalikuli merupakan
penjuluran seluler dari saluran havers. Pada sel tulang, suplai makanan dan
oksigen terjadi melalui kanalikuli. Pada sistem havers, saluran havers dapat
berhubungan satu dengan lainnya melalui saluran volkman. Saluran volkman tidak
memiliki lamela konsentris, tetapi hanya berupa lamela berlubang. Contoh tulang
kompak adalah tulang pipa.
b) Tulang
spons. Tulang spons mengandung sekitar 60-75% materi organik. Materi organik
tulang spons tersusun atas serabut-serabut kolagen. Susunan matriks tulang
spons membentuk rongga berisi jaringan sumsum yang lunak. Jaringan sumsum dapat
berupa sumsum kuning yang menghasilkan lemak atau sumsum merah yang
menghasilkan sel-sel darah merah dan sel darah putih. Pada tulang spons darah
tidak terdapat sistem havers. [10]
3) Jaringan
darah
Jaringan
darah (hematopoitek) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Haema (darah) dan poiesis (pembentukan).
Jaringan darah merupakan jaringan penyokong khusus, karena berupa cairan. Pada mamalia terdapat 6 liter darah atau
6–10% dari berat tubuh. Darah beredar dalam pembuluh darah arteri, vena, dan
kapiler. Jaringan darah terdiri atas substansi cair dan substansi padat. Substansi
cair disebut plasma darah, sedangkan substansi padat berupa sel-sel darah. Suplai
makanan dan oksigen terjadi melalui kanalikuli. Jaringan darah terdiri atas :
a) Sel
darah
Sel
darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
keping darah (trombosit). Sel darah merah berfungsi untuk mengangkat oksigen,
CO2, sari makanan, dan sisa metabolisme. Sedangkan sel darah putih
berfungsi untuk melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit ada dua macam, yaitu granulosit (leukosit
bergranula) dan agranulosit (leukosit tak bergranula). Granulosit meliputi neutrofil,
eosinofil, dan basofil. Agranulosit meliputi limfosit dan monosit.
Gambar 2.1
b) Plasma
darah (cairan darah)
Komponen
terbesar adalah air. Plasma darah berperan sebagai pengangkut sari makanan,
hormon, zat sisa metabolisme, antibodi, dan lain-lain.
c) Keping-keping
darah (trombosit)
Keping-keping
darah berperan dalam proses pembekuan
darah.
4) Jaringan limfa atau getah bening
Jaringan
limfa adalah bagian darah yang keluar dari pembuluh darah atau suatu cairan
yang dikumpulkan dari berbagai jaringan dan kembali ke aliran darah.[11] Cairan limfa mengalir dalam saluran yang
disebut pembuluh limfa yang berada sejajar dengan pembuluh vena darah.
Komponen
utamanya adalah air, yang di dalamnya terlarut glukosa, lemak dan garam.
Komponen selulernya berupa limfosit dan granulosit. Fungsi jaringan ini adalah
untuk mengangkut cairan jaringan, protein, lemak, garam mineral dan zat-zat
lain dari jaringan ke sistem pembuluh darah. Letak jaringan limfa di timus, tonsil, dan kelenjar
limfa.
Gambar 2.2
C.
Jaringan otot pada hewan
Jaringan
otot tersusun atas sel-sel otot. Otot merupakan jaringan yang berfungsi sebagai
alat gerak aktif. Hal itu disebabkan karena otot dapat menggerakkan tulang.
Jaringan otot merupakan derivate dari mesoderm embrionik. Jaringan otot memiliki
protein-protein kontraktil dan serabut-serabut otot yang disebut miofibril. Setiap
myofibril yang memiliki kemampuan berkontraksi disebut sarkomer yang
terdiri atas protein filament aktin dan myosin. Berdasarkan morfologi dan
fungsinya, jaringan otot diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu otot rangka,
otot polos, dan otot jantung.
1. Otot
rangka (Otot lurik/Otot seran lintang)
Otot rangka terdiri
atas berkas-berkas serabut panjang berbentuk silinder dan memiliki banyak inti.
Inti berada di tepi miofibril. Otot lurik
mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-seling gelap
(anisotrop) dan terang (isotrop). Sebagian
besar otot melekat pada tulang sehingga disebut otot rangka. Pada penampang
membujur miofibril, terlihat adanya berkas gelap dan terang seperti lurik. Setiap sel mempunyai banyak inti dan terletak di
bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar)
sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari sistem
saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah lelah.
Otot lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka tubuh,
misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir,
kelopak mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif
karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan
tulang dan tubuh.
Gambar 3.1
2. Otot
polos
Otot polos merupakan
otot tanpa serabut-serabut melintang seperti yang terdapat pada otot rangka. Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak
memantulkan cahaya berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan
homogen.Otot
polos terdiri atas sel-sel berbentuk gelondong dengan ujung meruncing.
Masing-masing sel memiliki satu inti yang terletak pada bagian tengah sel dan
bentuknya pipih. Otot polos banyak terdapat pada organ dalam, misalnya pada
saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan saluran pernafasan. Oleh karena
itu, otot polos sering dikenal sebagai otot visceral. Otot polos lainnya
juga ditempat lain, misalnya dimata. Kontraksi otot polos lebih lambat
dibandingkan otot rangka, tetapi kontraksinya dapat lebih lama dari pada otot
rangka. Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak
kita (otot tidak sadar) sehingga disebut otot involunter dan selnya dilengkapi
dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom. Kontraksi otot polos sangat
lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot polos berfungsi memberi gerakan
di luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran pencernaan. Selain
itu, berguna pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah dan gerakan pupil
mata.
Gambar
3.2
3. Otot jantung
Otot jantung hanya
ditemukan pada lapisan tengah dinding jantung. Otot jantung berkonsentrasi
seperti otot polos, yaitu bekerja tidak sadar. Respon otot jantung terhadap
rangsangan yang diberikan lambat. Morfologi otot polos seperti otot rangka,
yaitu terdiri atas pola garis terang gelap. Miofibril pada otot jantung
dihubungkan satu sama lain oleh sinsitium. Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek.
Otot ini tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling
berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau
dua inti yang terletak di tengah sarkoplasma.
Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak
pernah lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat
di jantung. Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup
dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung
adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap
jika dilihat dengan mikroskop.
Gambar 3.3
Perbedaan antara otot lurik, otot polos,
dan otot jantung adalah sebagai berikut[12] :
Pembeda
|
Otot
lurik
|
Otot
polos
|
Otot
jantung
|
Bentuk
sel
|
Silindris
atau serabut panjang
|
Seperti
gelendong, bagian tengah besar dan ujungnya meruncing
|
Silindris
atau serabut pendek
|
Inti
sel
|
Banyak,
di tepi
|
Satu,
di tengah
|
Satu
atau dua, di tengah
|
Aktivitas
|
Di
bawah kehendak (otot sadar)
|
Di
luar kehendak (otot tidak sadar)
|
Di
luar kehendak (otot tidak sadar)
|
Kontraksi
|
Cepat,
tidak teratur, dan mudah lelah
|
Lambat
dan lama, tidak mudah lelah
|
Otomatis,
teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat
|
Letak
|
Melekat
pada rangka
|
Alat-alat
tubuh bagian dalam
|
jantung
|
Diskus
interkalaris
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Ada
|
D.
Jaringan saraf pada hewan
Jaringan
saraf merupakan jaringan yang bertanggung jawab dalam menghantarkan
implus-implus saraf. Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf. Jaringan saraf
tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Sel saraf memiliki
kemampuan untuk iritabilitas, yaitu kemampuan sel saraf bereaksi terhadap
perubahan lingkungan. Kemampuan lain sel saraf adalah konduktivitas, yaitu
kemampuan sel saraf membawa implus saraf. Untuk mengetahui struktur jaringan
saraf. Sel saraf atau sel neuron terdiri atas tiga bagian utama, yaitu cabang
dendrit, badan sel saraf, dan akson.[13]
Gambar 4.1
Dendrit
merupakan cabang pendek penjuluran badan sel. Dendrit berperan dalam menerima
rangsangan dari lingkungan, sel epitel (reseptor), atau neuron. Badan sel atau
perikarion merupakan bagian utama neuron yang berisi sitoplasma dan
inti. Badan sel juga berperan dalam menerima rangsang. Badan sel saraf terletak di pusat saraf dan
ganglion. Ganglion adalah kumpulan badan sel saraf yang letaknya tertentu, misalnya
di kiri-kanan sumsum tulang belakang. Akson
atau neurit merupakan penjuluran sitoplasma ke arah luar badan sel yang
berukuran panjang. Akson dikelilingi oleh sel Schwann. Akson diselubungi oleh
selaput neurilema. Sebelah dalam neurelima terdapat selubung mielin. Bagian akson
yang tidak tertutup oleh selubung mielin dinamakan nodus Ranvier. Aksonbercabang di dekat ujung (terminal akson). Akson
berperan dalam menghantarkan implus saraf ke sel-sel lain seperti otot, sel-sel
kelenjar, atau neuron lain. Hubungan antara neuron satu dengan euron lainnya
disebut sinapsis. Titik pertemuan (sinapsis) ini berfungsi meneruskan rangsang ke sel saraf
yang lain dengan cara mengeluarkan bahan kimia yang disebut neurotransmiter.
Berdasarkan
fungsinya, neuron dapat dibedakan atas neuron motorik, neuron sensorik, dan neuron
penghubung. Neuron motorik berperan dalam menghantarkan implus-implus
saraf dari saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) ke organ-organ efektor
seperti serabut-serabut otot, kelenjar eksokrin, dan kelenjar endokrin. Neuron
sensorik berperang dalam menyampaikan implus-implus saraf dari lingkungan
ke saraf pusat. Neuron penghubung berperan sebagai penghubung implus
saraf dari satu neuron ke neuron lain atau dari neuron motorik ke neuron
sensorik.
Gambar 4.2
E.
Jaringan embrional pada hewan
Jaringan embrional adalah jaringan muda yang sel-selnya senantiasa
membelah. Jaringan ini merupakan hasil pembelahan sel zigot. Pada tahap awal terbentuknya
embrio, sel-sel penyusunnya mempunyai bentuk sama. Namun dalam perkembangan
selanjutnya sel-sel tersebut akan membelah dan
mengalami perubahan bentuk, proses ini disebut spesialisasi. Hasil spesialisasi ini antara lain : lapisan jaringan embrional. Embrio hewan ada yang terdiri atas dua lapisan (diploblastik), yaitu ektoderm (lapisan luar) dan entoderm (lapisan dalam). Contoh; Coelenterata.
mengalami perubahan bentuk, proses ini disebut spesialisasi. Hasil spesialisasi ini antara lain : lapisan jaringan embrional. Embrio hewan ada yang terdiri atas dua lapisan (diploblastik), yaitu ektoderm (lapisan luar) dan entoderm (lapisan dalam). Contoh; Coelenterata.
Gambar 5.1
Selain itu, ada juga yang terdiri atas tiga lapisan
(triploblastik). Tiga lapisan tersebut adalah ekstoderm (lapisan luar),
mesoderm (lapisan tengah), dan entoderm (lapisan dalam). Contoh : cacing tanah,
siput, arthropoda dan chordate.[14]
Gambar 5.2
F.
Jaringan lemak pada hewan
Jaringan lemak terdiri atas sel-sel lemak, berbentuk bulat
(polygonal), dan dinding selnya tipis. Sel-selnya kaya rongga sel yang terisi
tetes minyak. Jaringan ini terdapat di seluruh tubuh. Fungsinya antara lain,
untuk menyimpan lemak, cadangan makanan, mencegah dan melindungi hilangnya
panas secara berlebihan.[15]
Gambar 6.1
Di atas telah dibahas mengenai berbagai macam jaringan yang terdapat pada
hewan. Tidak semua organisme mempunyai jaringan dalam tubuhnya. Pada organisme
tingkat rendah seperti Protozoa, tubuhnya hanya terdiri satu sel. Jadi,
Protozoa tidak memiliki jaringan pada tubuhnya. Semakin tinggi tingkatan
organisme, semakin kompleks struktur penyusun tubuhnya. Tubuh organisme tingkat
tinggi tersusun atas berbagai macam jaringan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Jaringan
epitel (epitelium ) pada hewan
Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi bagian luar tubuh
dan berbagai organ dalam tubuh. Jaringan
epitelium mempunyai beberapa fungsi berikut:
a.
Pelindung
atau proteksi jaringan yang berada di sebelah dalamnya, misalnya jaringan
epitelium kulit dan selaput rongga mulut.
b.
Sebagai
kelenjar.
c.
Penerima
rangsang (reseptor)
d.
Pintu
gerbang lalu lintas zat
Berdasarkan bentuknya, jaringan
epitel dibedakan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
a.
Epitel
pipih
b.
Epitel
kubus
c.
Epitel
silindris
d.
Epitel
trasisional
Berdasarkan jumlah lapisan sel,
jaringan epitel dibedakan menjadi dua macam, yaitu epitelium simpleks dan
epitelium kompleks.
Berdasarkan struktur dan
fungsinya jaringan epitel dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan epitelium
kelenjar dan jaringan epitelium penutup.
2.
Jaringan
pengikat
Jaringan pengikat berkembang dari
mesenkim, yang berasal dari mesoderm (lapisan tengah embrio). Letak sel-sel jaringan
pengikat tidak berhimpitan rapat (berpencar-pencar), jika berhubungan hanya
pada ujung-ujung protoplasmanya. Jaringan pengikat mempunyai beberapa fungsi,
yaitu untuk melekatkan suatu jaringan dengan jaringan lain, membungkus
organ-organ, mengisi rongga di antara organ-organ, dan menghasilkan imunitas. Komponen
jaringan pengikat
a.
Matriks
Matriks
tersusun oleh serabut-serabut dan bahan dasar.
b.
Sel-Sel
Jaringan Pengikat, terdiri dari :
1)
Fibroblast
2)
Makrofag
3)
Sel
Tiang (Sel Mast)
4)
Sel
Lemak
5)
Berbagai
Jenis Sel Darah Putih
Berdasarkan struktur dan fungsinya,
jaringan pengikat dikelompokkan menjadi dua yaitu
a.
Jaringan
pengikat biasa
Jaringan pengikat biasa dibedakan menjadi jaringan pengikat longgar
dan jaringan pengikat padat.
b.
Jaringan
pengikat dengan sifat khusus
Jaringan
pengikat dengan sifat khusus terdiri atas
1)
Jaringan
tulang rawan (kartilago)
Berdasarkan
matriks penyusunnya, tulang rawan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu kartilago
hialin, kartilago elastis, dan kartilago fibrosa.
2)
Jaringan
tulang keras
Berdasarkan
susunan matriksnya, jaringan tulang di bedakan menjadi 2, yaitu tulang kompak
dan tulang spons.
3)
Jaringan
darah
Jaringan
darah merupakan jaringan penyokong khusus, karena berupa cairan. Jaringan darah terdiri atas : sel darah, plasma darah, dan keping
darah
4)
Jaringan
limfa.
Komponen utamanya adalah air, yang di dalamnya terlarut glukosa,
lemak dan garam. Fungsi jaringan ini adalah untuk mengangkut cairan jaringan,
protein, lemak, garam mineral dan zat-zat lain dari jaringan ke sistem pembuluh
darah
3.
Jaringan
otot
Otot
merupakan jaringan yang berfungsi sebagai alat gerak aktif. Berdasarkan
morfologi dan fungsinya, jaringan otot diklasifikasikan menjadi tiga tipe,
yaitu otot rangka, otot polos, dan otot jantung.
4.
Jaringan
saraf
Jaringan
saraf merupakan jaringan yang bertanggung jawab dalam menghantarkan
implus-implus saraf. Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut
neuron. Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dibedakan atas neuron
motorik, neuron sensorik, dan neuron penghubung. Sel saraf atau sel neuron
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu cabang dendrit, badan sel saraf, dan
akson.
5.
Jaringan
embrional pada hewan
Jaringan embrional adalah jaringan muda yang sel-selnya senantiasa
membelah. Jaringan ini merupakan hasil pembelahan sel zigot. Embrio hewan ada
yang terdiri atas dua lapisan (diploblastik), yaitu ektoderm (lapisan luar) dan
entoderm (lapisan dalam). Contoh; Coelenterata. Selain itu, ada juga yang
terdiri atas tiga lapisan (triploblastik). Tiga lapisan tersebut adalah ekstoderm
(lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah), dan entoderm (lapisan dalam). Contoh
: cacing tanah, siput, arthropoda dan chordate.
6.
Jaringan
lemak pada hewan
Jaringan lemak terdiri atas sel-sel lemak, berbentuk bulat
(poligonal), dan dinding selnya tipis. Fungsinya antara lain, untuk menyimpan
lemak, cadangan makanan, mencegah dan melindungi hilangnya panas secara
berlebihan.
B.
Saran
Ada sebuah pepatah yang mengatakan
“tidak ada gading yang tak retak”. Karena itulah penulis senantiasa menyadari
bahwa begitu banyak kekurangan- kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang
terdapat dalam makalah ini. Maka dari pada itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sekalian agar kedepannya penulis bisa
berusaha menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo.....(et al). 2009. Biologi: kelas XI untuk SMA dan MA. Jakarta:Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Setyo Haryono. 2009. Modul
Biologi Kelas XI. Semarang: MGMP Biologi SMAN 16.
Wigati Hadi Omegawati. 2010. PR Biologi untuk SMA/MA. Klaten:PT Intan
Pariwara.
Wijaya Jati.
2007. Aktif Biologi. Jakarta : Ganeca exact.
[1] Wijaya Jati, Aktif
Biologi, (Jakarta : Ganeca exact, 2007), h. 46.
[2] Purnomo.....
(et al), Biologi: kelas XI untuk SMA dan MA (Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 83.
[3] Purnomo.....
(et al), Ibid, h. 86-87.
[4] Wijaya Jati, Aktif
Biologi, (Jakarta : Ganeca exact, 2007), h. 47.
[5] Purnomo.....
(et al), Biologi: kelas XI untuk SMA dan MA (Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 84-85.
[6] Ani, h. 47-48.
[7] Purnomo.....
(et al), Biologi: kelas XI untuk SMA dan MA (Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 86-87.
[8] Wijaya Jati, Aktif
Biologi, (Jakarta : Ganeca exact, 2007), h. 49.
[9] Purnomo.....
(et al), Biologi: kelas XI untuk SMA dan MA (Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 88 – 91.
[10] Wijaya Jati, Aktif
Biologi, (Jakarta : Ganeca exact, 2007)
[11] Wigati Hadi
Omegawati, PR Biologi untuk SMA/MA, (Klaten : PT Intan Pariwara, 2010)
[12] Wigati Hadi
Omegawati, PR Biologi untuk SMA/MA, (Klaten : PT Intan Pariwara, 2010)
[13] Wijaya Jati, Aktif
Biologi, (Jakarta : Ganeca exact, 2007).
[14] Setyo Haryono,
Modul Biologi Kelas XI, (Semarang : MGMP Biologi SMAN 16, 2009)
[15] Setyo Haryono,
Modul Biologi Kelas XI, (Semarang : MGMP Biologi SMAN 16, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar