Upaya
Meningkatkan Kemampuan Memahami Sebab-sebab Fathul Makkah dengan
Menggunakan Metode Talking Stick
di
Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah Margorejo Surabaya
A.
Ridlo – Atik Musliyati Ningsih
MI
Al-Hidayah Margorejo – Surabaya
Abstrak: Siswa kelas V MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya mengalami kesulitan
dalam memahami materi SKI. Hal tersebut berdasarkan wawancara dengan guru SKI
bahwa dari 11 siswa, hanya 20% siswa yang paham materi. Padahal pemahaman terhadap
materi sangatlah penting, karena pemahaman merupakan salah satu ciri
berhasilnya suatu pembelajaran. Dalam pembelajaran SKI, guru sering menggunakan
metode ceramah dan penugasan sehingga siswa terlihat pasif, jenuh, dan bosan
untuk memahami materi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode talking
stick dalam penelitian ini. Peneliti memilih metode tersebut dikarenakan
sesuai dengan karakteristik siswa. Adapun permasalahan yang akan dikaji pada
penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan metode talking stick dalam
upaya meningkatkan kemampuan memahami sebab-sebab fathul makkah dan bagaimanakah
peningkatan kemampuan memahami sebab-sebab fathul makkah dengan
menggunakan metode talking stick. Sedangkan tujuannya adalah untuk
mengetahui penerapan metode talking stick dalam upaya meningkatkan
kemampuan memahami sebab-sebab fathul makkah dan peningkatan kemampuan
memahami sebab-sebab fathul makkah dengan menggunakan metode talking
stick. Penelitian ini menggunakan PTK dengan model kurt lewin. PTK ini
dilakukan hanya dengan satu siklus dikarenakan pada siklus I sudah berhasil. Hasil
dari penelitian ini bahwa kemampuan pemahaman secara klasikal meningkat dari 0%
(pre-test pada pra-siklus) ke 81% (post-test pada siklus I),
sehingga bisa dikatakan metode talking stick dapat berpengaruh positif.
Kata kunci: Peningkatan Kemampuan Memahami, Pembelajaran SKI, Sebab-Sebab
Fathul Makkah, Metode Talking Stick.
PENDAHULUAN
Sejarah
dalam bahasa Arab yaitu tarikh, yang berarti kegiatan-kegiatan manusia
yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa tertentu, ditempatkan dalam
hubungan kronologis antara peristiwa yang satu dengan sesuatu yang telah
terjadi (Hapsari, 2008). Sejarah merupakan seni yang berkaitan dengan
serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa.
Mempelajari
sejarah merupakan hal yang sangat penting, terutama dalam hal sejarah
kebudayaan islam bagi kita sebagai umat Islam. Sejarah dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, antara lain; Sejarah dapat dilihat sebagai peristiwa, sejarah
sebagai kisah, sejarah sebagai ilmu, dan sejarah sebagai seni (Supriyadi, 2008).
Pentingnya
mempelajari sejarah yaitu selain kita dapat mengetahui keadaan pada zaman
dahulu, sejarah juga bisa dijadikan sebagai cerminan untuk kehidupan sekarang
dan masa yang akan datang. Kita dapat mengambil pelajaran dari orang-orang
terdahulu sehingga yang baik bisa ditiru dan memeroleh pengaruh yang positif dalam menyikapi
keberhasilan atau penderitaan orang-orang terdahulu.
Mata
pelajaran SKI adalah mata pelajaran yang mengenalkan kepada siswa tentang
sejarah Islam, baik mengenai masyarakat jahiliyah, masyarakat Arab pra-Islam,
masa remaja Nabi, awal datangnya Islam sampai perkembangan-perkembangan Islam
selanjutnya. Dengan adanya pembelajaran SKI di tingkat MI diharapkan siswa dapat mengetahui esensi yang
terkandung pada sejarah Islam, memahami dan menghargai perjuangan-perjuangan
Nabi dan para sahabatnya, sehingga siswa akan lebih akrab dengan pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam sejak dini.
Penelitian
ini dilakukan di MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya kelas V. Berdasarkan
wawancara peneliti dengan guru SKI Kelas V di MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya,
masih belum mencapai prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 80%. Dari 11
siswa, ada 1 siswa mendapat nilai 10, ada 3 siswa mendapat nilai 20, ada 2
siswa mendapat nilai 30, ada 1 siswa mendapat nilai 40, ada 2 siswa mendapat
nilai 50, dan ada 2 siswa mendapat nilai 60, sehingga diperoleh nilai rata-rata
35.45.
Rata-rata
siswa kelas V di MI Al-Hidayah ini merupakan siswa yang berasal dari keluarga
ekonomi menengah ke bawah, pendidikan yang keras, yatim piatu, broken home,
dan orang tua banyak yang merantau sehingga anak kurang mendapatkan perhatian
dari orang tua. Selain itu, motivasi yang dimiliki oleh siswa ini termasuk
motivasi kategori rendah. Motivasi kategori rendah yang dimaksud adalah siswa
yang kurang memerhatikan penjelasan guru, kurang bergairah belajar, dan kurang
ikut berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar.
Rendahnya
motivasi siswa tidak hanya karena kurang penguatan dan perhatian dari orang tua,
tetapi karena kurang adanya penggunaan metode pembelajaran yang variatif ketika
proses pembelajaran berlangsung.
Pendidikan
merupakan kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar (Mudjiono dan Dimyati, 1999). Dalam proses belajar mengajar, guru
memerlukan macam-macam metode yang variatif agar pembelajaran tidak monoton dan
bisa membantu siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan
hasil observasi awal di MI Al-Hidayah bahwa metode yang digunakan guru ketika
proses pembelajaran berlangsung adalah menggunakan metode penugasan dan ceramah
atau bercerita, dikarenakan mapel SKI yang materinya banyak bercerita. Hal ini
yang membuat siswa-siswi menjadi jenuh dan bosan, serta banyak siswa yang
mengeluh karena menganggap materi terlalu sulit dan terlalu banyak menghafal. Pada
akhirnya situasi belajar di kelas berjalan kurang efektif dan hasilnya kurang
memuaskan.
Berdasarkan
wawancara peneliti, bahwa guru juga pernah menggunakan metode lainnya seperti
metode bermain peran, dan antusias dari siswa pun meningkat. Tetapi metode ini
jarang digunakan karena metode ini tidak dapat diterapkan pada semua materi. Sedangkan
mengenai media pembelajaran, di sekolah ini jarang menggunakan media karena
keterbatasan fasilitas yang ada di sekolah sehingga hanya fokus penggunaan pada
buku dan LKS.
Berdasarkan
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya kemampuan pemahaman siswa
terhadap materi SKI, dikarenakan kurangnya dukungan lingkungan sekolah dan
kelas yang menyebabkan terciptanya suasana yang kurang nyaman dan membosankan.
Selain itu, proses pembelajarannya juga kurang sesuai dan kurang menarik
perhatian siswa, terutama dalam hal guru menggunakan metode dalam proses
pembelajaran tersebut.
Berdasarkan
uraian di atas, maka kemampuan siswa dalam
memahami materi SKI dapat ditingkatkan
dengan menggunakan metode talking stick. Metode talking stick merupakan sebuah metode yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan
suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses
pembelajaran Alasan utama pemilihan metode talking stick karena sesuai dengan
karakteristik siswa di kelas yang kebanyakan menyukai kuis dalam bentuk
permainan dan menyukai tantangan. Selain itu, metode ini juga belum pernah diterapkan oleh guru di kelas V
di MI ini.
Dari
sinilah, peneliti melakukan penelitian yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMAHAMI SEBAB-SEBAB FATHUL MAKKAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE TALKING
STICK DI KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH AL-HIDAYAH MARGOREJO SURABAYA.
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah peningkatan kemampuan memahami sebab-sebab fathul makkah
dengan menggunakan metode talking stick pada mata pelajaran SKI di kelas
V MI Al-Hidayah Margorejo dan bagaimanakah penerapan metode talking stick
dalam meningkatkan kemampuan memahami sebab-sebab fathul makkah.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan memahami
sebab-sebab fathul makkah dengan menggunakan metode talking stick
di kelas V MI Al-Hidayah Margorejo dan untuk mengetahui penerapan metode talking
stick dalam meningkatkan kemampuan memahami sebab-sebab fathul makkah pada
mata pelajaran SKI.
Adapun manfaat penelitian ini adalah; bagi peneliti, dapat berbagi
metode dalam pembelajaran, terutama metode talking stick dalam
mengajarkan materi sebab-sebab fathul makkah; bagi siswa, dapat
meningkatkan penguasaan materi sebab-sebab fathul makkah dan memudahkan
siswa dalam menerima materi sebab-sebab fathul makkah karena metode pembelajaran yang diterapkan guru menyenangkan;
bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan tumbuhnya pembelajaran yang
menyenangkan di kelas.
KERANGKA
KONSEPTUAL
Pemahaman
Pemahaman
adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan
kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh
lain dari yang telah dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada
kasus lain (Sudjana, 1995 : 24). Dalam hal ini siswa dituntut untuk memahami
atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan,
dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan
hal-hal yang lain. Karena kemampuan siswa pada usia SD masih terbatas, tidak
harus dituntut untuk dapat mensistesis apa yang dia pelajari.
Pemahaman
merupakan salah satu patokan yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan
belajar. Dalam proses pembelajaran, setiap individu siswa memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam memahami apa yang dia pelajari. Ada yang mampu memahami
materi secara menyeluruh dan ada pula yang sama sekali tidak dapat mengambil
makna dari apa yang telah dia pelajari, sehingga yang dicapai hanya sebatas
mengetahui. Ada beberapa tingkatan kemampuan pemahaman ditinjau dari beberapa
aspek.
Kemampuan
pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat
dijabarkan ke dalam tiga tingkatan (Darmiyati : 24), yaitu: 1) menerjemahkan,
bisa diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa
yang lain atau bisa juga diartikan sebagai konsepsi abstrak menjadi suatu model
simbolik untuk mempermudah orang untuk mempelajarinya, 2) menafsirkan,
merupakan kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan
dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang
diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang
dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok dalam
pembahasan, 3) mengekstrapolasi, bisa dikatakan kemampuan ini menuntut
kemampuan intelektual yang lebih tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa
melihat sesuatu dibalik yang tertulis, membuat ramalan tentang konsekuensi atau
memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
Pembelajaran
sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk membuat siswa belajar, tentu
menuntut adanya kegiatan evaluasi. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
pembelajaran. Penilaian dalam proses menjadi hal yang seharusnya diprioritaskan
oleh seorang guru.
Penilaian
tidak hanya berorientasi pada hasil, dan evaluasi hasil belajar memiliki
sasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi
tiga ranah, yaitu: ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotorik. Dari
ketiga ranah tersebut, yang paling banyak dinilai guru di sekolah adalah ranah
kognitif karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan
pembelajaran. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi
serta pengembangan keterampilan intelektual. Menurut Taksonomi Bloom
(penggolongan) ranah kognitif ada enam tingkatan, yaitu; pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. (Darmiyati dan Mudjiono,
1999 : 202)
Pengukuran
hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tulis dan tes lisan. Adapun tes
tulis dapat berbentuk pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif atau
uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan, portofolio, dan performance.
Faktor-faktor
yang memengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa ditinjau dari
segi kemampuan pendidikan antara lain; tujuan, guru, peserta didik (Djamarah,
1996 : 129), kegiatan pengajaran, suasana evaluasi, bahan dan alat evaluasi.
Adapun faktor lain yang memengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar siswa
antara lain; faktor internal (faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor
pematangan fisik atau psikis), faktor eksternal (faktor sosial, faktor budaya,
faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan spiritual).
Langkah-langkah belajar sesorang sebelum sampai pada level memahami
adalah mengetahui dan mengingat, karena pemahaman yaitu kemampuan seseorang
untuk memahami tentang sesuatu yang telah diketahui dan diingat. Adapun langkah-langkah
yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa antara lain;
memperbaiki proses pembelajaran, adanya kegiatan bimbingan belajar, menumbuhkan
waktu belajar, pengadaan umpan balik dalam belajar, motivasi belajar,
pengajaran perbaikan, dan keterampilan mengadakan variasi.
Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah kebudayaan (peradaban) Islam
diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan Islam dalam perspektif
sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai berbagai macam pengertian lain
diantaranya: pertama, sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan dan
tingkat kecerdasan akal yang di hasilkan dalam satu periode kekuasaan Islam
mulai dari periode nabi Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan Islam
sekarang. Kedua, sejarah peradaban Islam merupakan hasil-hasil yang
dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan
kesenian. Ketiga, sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan politik
atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama
dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup
bermasyarakat.
Sedangkan SKI adalah singkatan dari
Sejarah Kebudayaan Islam yang merupakan sebuah mata pelajaran pendidikan agama
Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman dan
pembiasaan.
Sejarah
kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI
yang menelaah tentang perkembangan, peranan kebudayaan Islam para tokoh yang
berprestasi dalam sejarah Islam masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat arab
pra Islam, sejarah kelahiran Nabi Muhammad dan kerasulan Nabi Muhammad sampai
dengan masa Khulafaurrasyidin.
Tujuan
mempelajari sejarah kebudayaan Islam adalah untuk mengetahui lintasan
peristiwa, waktu, dan kejadian yang berhubungan dengan kebudayaan Islam, untuk
mengetahui tempat-tempat bersejarah dan para tokoh yang berjasa dalam
perkembangan Islam, dan untuk memahami bentuk peninggalan bersejarah dalam
kebudayaan Islam dari satu periode ke periode berikutnya.
Pentingnya
pelajaran SKI dalam pendidikan formal adalah untuk menciptakan dan membangun
generasi yang meneladani perjuangan dan pencapaian para pahlawan Islam dalam
membela dan menyebarkan agama Islam.Secara substansial mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati serta meneladani sejarah kebudayaan
Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.
Salah
satu materi yang dibahas pada mata pelajaran SKI di kelas V adalah sebab-sebab Fathul
Makkah.Fathul Makkah artinya pembukaan kota
Makkah. Fathul Makkah ini terjadi pada tahun 630 M tepatnya pada tanggal 10
Ramadhan 8 H. Sebab utamanya adalah datang dari kaum Quraisy sendiri, yaitu
sebelumnya terjadi pelanggaran yang mengundang kaum muslimin untuk memberikan
hukuman kepada mereka.
Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah untuk memperbaiki perjanjian yang telah
dirusak itu, tetapi Rasulullah menolak, Abu Sufyan pun pulang dengan tangan
kosong.
Adapun sebab-sebab lain dibukanya kota Makkah, antara lain: 1) keberhasilan
kaum muslimin sesudah perjanjian Hudaibiyah yang secara berturut-turut kaum
kafir Quraisy masuk Islam, 2) pergolakan antara kaum Kafir Quraisy dengan kaum
muslimin tidak ada kesempatan untuk dipikirkan lagi. Hal ini dilakukan oleh
tokoh Quraisy seperti Khalid bin Walid dan Amru bin Ash yang berpikir terarah
pada perkembangan agama Islam, 3) tokoh-tokoh kafir Quraisy banyak yang
bergabung ke pihak kaum muslimin.
Fathul Makkah diadakan dengan tujuan
untuk menyelamatkan kota Makkah dari kekuasaan kaum kafir Quraisy dan
mengembalikan Ka’bah sebagai tempat suci umat Islam(Arifin, 2002).
Metode talking stick
Talking stick termasuk salah satu metode pembelajaran. Metode
ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib
menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran
Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD.
Metode Talking Stick termasuk salah satu
pembelajaran kooperatif, karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan
pembelajaran kooperatif yaitu: 1) setiap anggota memiliki peran, 2) terjadi
hubungan interaksi langsung di antara siswa, 3) setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, 3) guru
membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, 4) guru
hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Adapun langkah-langkah metode talking stick adalah sebagai berikut :
a) guru menyiapkan tongkat, b) guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi, c) setelah selesai membaca dan mempelajari materi/buku
pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya, d) guru mengambil tongkat
dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa
yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru,
e) guru memberikan kesimpulan, f) evaluasi, g) penutup.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, karena keefektifan setiap
model tergantung bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut.
Kelebihan dari metode ini antara lain; menguji kesiapan siswa, melatih membaca
dan memahami dengan cepat, membuat siswa lebih giat dalam belajar, siswa berani
mengungkapkan pendapat, dan mengajak siswa untuk terus siap dalam situasi
apapun. Adapun kelemahannya adalah dapat membuat siswa senam jantung, ketakutan
akan pertanyaan dari guru, dan tidak semua siswa siap menerima pertanyaan
(Deden, 2010).
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas (PTK). PTK
ini bersifat kolaboratif karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas yang melibatkan beberapa pihak, yaitu guru dan peneliti
sendiri, yang secara serentak melakukan penelitian (Yunus, 2009). PTK ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kurt Lewin yaitu berbentuk spiral
dari siklus yang satu ketika ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi:
1) perencanaan, pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan media pembelajaran, lembar soal,
lembar observasi yang diperlukan di
kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan, 2) tindakan, pada tahap ini RPP yang telah dirumuskan, diimplementasikan dalam
situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup, 3) pengamatan, pada tahap ini observer mengamati aktivitas siswa dan guru dalam
mengikuti proses pembelajaran, 4) refleksi, pada tahap ini yang harus dilakukan
peneliti adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi,
menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan
bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK tercapai
(Zaenal, 2008).
Penelitian ini dilakukan di MI Al-Hidayah yang terletak di
Margorejo Surabaya. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 07 Mei
tahun ajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang
berjumah 11 siswa, terdiri dari 5 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki pada
materi sebab-sebab fathul makkah.
Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan hanya
dengan satu siklus. Setiap siklus terdiri atas beberapa tahap, antara lain: tahap
membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan, mengadakan pemantauan atau
observasi, dan mengadakan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Dengan model siklus dalam penelitian
ini apabila pada awal pelaksanaan adanya kekurangan, maka peneliti bisa
mengulang dengan siklus kedua untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Dan jika
sampai siklus kedua peneliti belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke
siklus berikutnya sampai apa yang diinginkan berhasil.
Siklus spiral dari tahap-tahap
penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan gambar bahwa pada tahap perencanaan, peneliti membuat
RPP, menyiapkan media tongkat, membuat lembar soal siswa untukpre-test
dan post-test, lembar observasi. Pada tahap pelaksanaan, peneliti
melaksanakan pembelajaran SKI sesuai dengan RPP yang sudah dibuat dengan
menerapkan metode talking stick pada materi sebab-sebab fathul makkah.
Pada tahap pengamatan, peneliti mengamati aktivitas guru dan siswa ketika
proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan pada tahap refleksi, peneliti
melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan selama proses pembelajaran dan
mendiskusikan hasil temuan-temuan tersebut dengan guru mata pelajaran,sehingga
hasil refleksi tersebut dapat dijadikan pijakan apakah siklus penelitian sudah
selesai atau dilanjutkan.
Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
diperoleh melalui tes (pre-test dan post-test) dan pengamatan terhadap
aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi, tes (pre-test dan post-test).Analisis
Data
Untuk
mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
analisis data kualitatif. Analisis kualitatif dapat dilihat dari hasil lembar
observasi aktivitas siswa, lembar observasi guru, dan keberhasilan atau kegagalan tindakan.
Cara
menganalisis data dari hasil observasi aktivitas siswa dengan melihat respon positif
atau negatif siswa terhadap penerapan metode talking stick dalam materi
sebab-sebab fathul makkah pada mata pelajaran SKI.
Cara
menganalisis data dari hasil observasi aktivitas guru dengan melihat kesesuaian
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan RPP yang telah disiapkan dan
kesulitan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis (pre-test dan post-test) pada
setiap akhir putaran.
Analisis
ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: untuk ketuntasan
belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Seorang siswa yang telah tuntas belajar bila telah mencapai KKM 70
dan secara klasikal dikatakan tuntas belajar apabila prosentase mencapai 80%.
Untuk
menghitung prosentase ketuntasan belajar (kemampuan pemahaman) digunakan rumus
sebagai berikut :
Kriteria
Keberhasilan Tindakan
Kriteria
ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditentukan dalam satu kompetensi
dasar berkisar antara 0%-80%. Kondisi setelah penilaian diharapkan tingkat
kemampuan pemahaman siswa dalam materi sebab-sebab fathul makkah
meningkat dari rata-rata 35 menjadi 80 dan di atasnya.
Adapun
indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain;
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan kemampuan pemahaman siswa pada
materi sebab-sebab fathul makkah meningkat. Diukur dari presentase peningkatan
kemampuan pemahaman siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode talking
stick. Selain itu, diharapkan siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 80%..
HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN SIKLUS 1
Siklus 1
Tahap Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal pre-test dan post-test,
lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan media
seperti spidol dan tongkat yang digunakan dalam penerapan metode talking
stick.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2015
di kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 11 yang terdiri dari 5 siswa perempuan
dan 6 siswa laki-laki. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
pada tahap pelaksanaan ini guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
RPP yang telah dipersiapkan.
Pada
akhir pembelajaran siswa diberi post-test dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I yaitu:
Tabel hasil post-test
No
|
Jumlah Siswa
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
2
|
60
|
Tidak tuntas
|
2
|
2
|
70
|
Tuntas
|
3
|
3
|
80
|
Tuntas
|
4
|
4
|
100
|
Tuntas
|
Jumlah
|
900
|
||
Nilai
rata-rata
|
81.81
|
||
Prosentase
ketuntasan belajar
|
81%
|
Berdasarkan
tabel, dari 11 siswa kelas V yang mendapat nilai 100 adalah 4 siswa, ada 3
siswa mendapat nilai 80, ada 2 siswa mendapat nilai 70, dan ada 2 siswa
mendapat nilai 60. Sehingga diperoleh rata-rata 81,81.Dan prosentase ketuntasan
belajar siswa secara klasikal adalah 81%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus I ini kemampuan pemahaman secara klasikal telah mengalami peningkatan
yang lebih baik daripada pra-siklus.
Adanya
peningkatan kemampuan pemahaman siswa inikarena siswa lebih termotivasi untuk
memahami materi sebab-sebab Fathul Makkah terutama dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick. Selain itu, menggunakan
metode talking stick ini siswa menjadi antusias untuk mempelajari materi
ini bersama teman sekelompoknya sehingga mereka lebih cepat memahami materi.
Tahap Pengamatan
Tahap
ini guru mata pelajaran SKI melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses
pembelajaran SKI materi “sebab-sebab fathul makkah“ dengan menerapkan metode talking
stick di kelas V MI Al-Hidayah Margorejo Surabaya untuk pengumpulan data
proses belajar mengajar yang akan dianalisis dan diolah.
Hal
yang dilakukan guru mata pelajaran SKI ini adalah : Mengamati dan mencatat
semua gejala yang muncul selama proses pembelajaran, termasuk aktivitas guru
dan siswa. Dalam pengamatan atau observasi tersebut, guru menggunakan
instrument penelitian berupa lembar pengamatan saat proses pembelajaran. Lembar
pengamatan ini diisi oleh guru mata pelajaran SKI dan dilaksanakan saat proses
pembelajaran berlangsung.
Adapun
hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung yaitu siswa cukup merespon apersepsi atau motivasi yang diberikan
oleh guru, mayoritas siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran disampaikan,
siswa sangat memusatkan perhatian pada materi pembelajaran yang dipelajari,
siswa juga banyak yang antusias ketika guru menyampaikan tugas diskusi kelompok
dengan menggunakan metode Talking Stick, siswa sangat bersemangat dan
tertib ketika berdiskusi, sebagian siswa memberi tanggapan dan menjawab
pertanyaan saat guru mengecek pemahaman, dan siswa juga cukup merespon
kesimpulan materi pembelajaran yang disampaikan guru.
Berdasarkan
hasil pengamatan di atas, dapat dikatakan antusias atau keaktifan siswa ketika
proses pembelajaran materi sebab-sebab fathul makkah dengan menerapkan metode talking
stick dikategorikan baik sekali.
Sedangkan
mengenai aktivitas guru ketika proses pembelajaran berlangsung, dari hasil pengamatan
bahwa guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik dan sesuai RPP
yang telah disiapkan, mulai dari mengondisikan siswa sebelum pembelajaran,
membuka salam dan berdoa bersama, menanyakan kesehatan siswa, mengecek
kehadiran siswa, memotivasi siswa dengan ice breaking, apersepsi,
menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan manfaat pembelajaran, beberapa
kegiatan-kegiatan inti seperti memfasilitasi siswa ketika berdiskusi, bertanya
jawab tentang materi yang telah dipelajari, dan kegiatan-kegiatan penutup yang
terdiri dari membuat kesimpulan bersama dengan siswa, melakukan refleksi
kegiatan, memberikan tugas post-test sebagai evaluasi akhir, menutup
pelajaran dengan berdoa bersama serta mengucap salam.
Tahap Refleksi
Pada
tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode talking
stick. Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Selama
proses pembelajaran guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
telah disiapkan, 2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa
aktif selama proses pembelajaran berlangsung, 3) Peningkatan kemampuan
pemahaman siswa dari pra-siklus ke siklus I telah mengalami peningkatan yang
sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yang telah diharapkan. Dengan
demikian maka penelitian dicukupkan sampai satu siklus.
PEMBAHASAN
Penerapan Metode Talking Stick dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Materi Sebab-sebab Fathul Makkah
Berdasarkan
analisis data hasil pengamatan yang diperoleh dari aktivitas guru dan siswa pada
siklus I bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan
metode talking stick, keaktifan siswa tergolong bagus sekali, mereka
antusias sekali ketika berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk memahami
materi. Berbeda sekali ketika pra-siklus, berdasarkan wawancara peneliti dengan
guru mata pelajaran SKI, keaktifan siswa sangat kurang, mereka sering mengeluh
ketika diberi tugas oleh guru.
Sedangkan mengenai aktivitas guru, guru telah melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan RPP dan melaksanakan langkah-langkah metode talking
stick dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul
diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan tes (pre-test
dan post-test), memberikan umpan balik atau evaluasi atau tanya jawab. Hal
tersebut menunjukkan bahwa metode talking stick ini tidak sulit untuk
diterapkan di MI.
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswa
Berdasarkan
hasil tes yang diperoleh siswa menunjukkan bahwa penerapan metode talking
stick ini bernilai positif dan efektif dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman siswa. Hal ini dilihat dari meningkatnya kemampuan pemahaman siswa
dari pra-siklus ke siklus I yaitu masing-masing 35,45 ke 81,81. Pada siklus I
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai yaitu 0% meningkat menjadi 81%.
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan
metode talking stick pada materi
sebab-sebab fathul makkah berdampak positif terhadap aktivitas siswa,
hal tersebut dilihat dari peningkatan respon siswa ketika guru melakukan
apersepsi atau motivasi, siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru, siswa sangat memusatkan perhatian pada materi pembelajaran
yang dipelajari, siswa juga banyak yang antusias ketika guru menyampaikan tugas
diskusi kelompok, keaktifan siswa ketika berdiskusi dengan teman sekelompoknya,
siswa juga memberikan tanggapan dan menjawab pertanyaan saat guru mengecek
pemahaman, dan siswa juga cukup merespon kesimpulan materi pembelajaran yang
disampaikan guru.
Pembelajaran
SKI materi sebab-sebab fathul makkah dengan menerapkan metode talking
stick sangat efektif karena dapat meningkatkan ketuntasan belajar
(kemampuan pemahaman) siswa dari pra-siklus ke siklus I, yaitu dari 0%
(pra-siklus) ke 81% (siklus I). Jadi peningkatan secara klasikal dari
pra-siklus ke siklus I adalah sebanyak 81%.
Saran
Sebagai seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Metode talking stick
merupakan salah satu solusi yang baik dan tepat dalam upaya meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa di kelas V MI Al-Hidayah ini. Seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran seharusnya memilih dan menerapkannya agar tujuan
pembelajaran berhasil dengan maksimal.
Perlu adanya penelitian
lebih lanjut untuk penelitian ini, karena penelitian ini hanya dilakukan dalam
1 minggu atau 1 siklus, sehingga di dalamnya tentu masih belum sempurna atau
masih banyak kekurangan. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan agar diperoleh hasil yang lebih baik dan lebih
sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu bakar Yunus, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Surabaya: Aprinta.
Aqib Zaenal, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Yrama Wiyada.
Deden,
2010. Pembelajaran talking stick. https://dedenbilaode.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22
september 2011
Dedi Supriyadi. 2008. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Dimiyati
Dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Muhammad Faqih Arifin, dkk. 2002. Tarikh Islam Untuk MI/SD Kelas
5. Surabaya: LP Ma’arif NU.
Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ratna Hapsari. 2008. Sejarah untuk SMA kelas X. Jakarta :
Erlangga.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini. 1996. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar